Monday, January 18, 2010

Aktivitas Perikanan

Aktivitas utama yang dilakukan masyarakat di Danau Tempe adalah penangkapan ikan. Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa ada beberapa cara dan alat penangkapan ikan yang tidak atau kurang ramah lingkungan. Cara menangkap ikan yang tidak atau kurang ramah lingkungan mempunyai akibat merusak lingkungan danau. Dari hasil survei dan penelusuran pustaka, ditemukan 19 cara dan alat penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan.

Umumnya cara penangkapan ikan di Danau Tempe umumnya masih dilakukan dengan cara kurang ramah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa cara dan alat yang dipakai oleh sebagaian besar responden (42,8 %) yaitu berupa jaring/lanra dan pallawang, yang termasuk dalam kategori alat kurang ramah lingkungan. Jaring atau lanra yang digunakan nelayan sebagian memiliki mesh size kurang dari 5 cm, sehingga ikan-ikan kecil juga tertangkap. Pallawang adalah wilayah hak pemanfaatan oleh nelayan yang disewa dari pemerintah. Dalam areal pallawang, nelayan dapat memasang bungka toddo atau alat tangkap lain. Cara ini kurang ramah lingkungan karena alat tangkap yang digunakan oleh nelayan jarang terkontrol oleh aparat, sehingga kemungkinan terdapat alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Pallawang juga dapat menjadi wilayah monopoli penangkapan ikan oleh nelayan yang memiliki modal besar untuk menyewa lahan dari pemerintah. Hal dapat menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat.

Kemudian cara atau alat tangkap yang termasuk kategori tidak ramah lingkungan adalah julu, bungka toddo dan jabba dan 23,1 % responden melakukan cara dan alat tangkap ini. Julu adalah cara menangkap ikan menggunakan kantong jaring yang dipasang berlawanan dengan arus sungai. Alat ini tidak ramah lingkungan karena masyarakat dapat memasang julu dengan menutup semua alur sungai sehingga mengganggu transportasi sungai, jika kantong jaring yang dipakai berukuran kecil maka semua ukuran ikan akan tertangkap, sampah yang tertinggal dalam kantong jaring dapat menghalangi arus sungai, serta ada beberapa nelayan yang memiliki modal besar membuat sungai baru dan mengalirkan air dari danau kemudian dipasangi julu. Julu dapat disimpan dalam jangka waktu lama, umumnya sampai satu bulan lebih kemudian dipanen.

Cara lain yang tidak ramah lingkungan adalah bungka toddo karena tanaman air yang dipakai sebagai tempat mengumpulkan ikan memiliki akar yang sampai ke dasar danau dan menjadi perangkap sedimen (sediment trap) sehingga menambah sedimentasi di Danau Tempe, luas bungka toddo tidak sesuai ketentuan sehingga mengganggu aktivitas penangkapan nelayan lain, tanaman air yang hanyut pada saat banjir sangat membahayakan rumah penduduk, salah satu alat tangkap yang digunakan adalah strom (kontak) untuk mengambil ikan-ikan yang susah ditangkap seperti ikan gabus. Berdasarkan wawancara dengan nelayan, cara atau alat tangkap yang paling mengganggu nelayan lain adalah bungka toddo dan julu.

Kemudian jabba juga termasuk alat yang tidak ramah lingkungan. Alat tangkap ini adalah sejenis alat tangkap berbentuk segi empat dari bahan jaring besi yang berfungsi sebagai perangkap ikan. Menurut wawancara dengan nelayan, contoh jabba berasal dari Kalimantan dan masuk ke Danau Tempe sekitar lima tahun lalu, dan belum banyak nelayan yang menggunakan alat ini. Jabba termasuk alat tidak ramah lingkungan karena cara penangkapan ikan yang tidak selektif, semua ukuran ikan dapat tertangkap, jabba yang sudah rusak langsung dibuang sembarangan tempat sehingga besi-besinya dapat membahayakan orang lain jika tertusuk, bahan besi yang berkarat dapat mencemari perairan danau. Jabba belum diatur dalam Perda pengelolaan perikanan Danau Tempe di Kabupaten Wajo.

Sedangkan alat atau cara menangkap ikan ramah lingkungan yang dilakukan oleh nelayan adalah jala, pancing, rawai (panambe), kalobong dan bubu, bubu konde, sulo bale dan timpo. Nelayan yang menggunakan cara ini adalah 34,1 %. Jala adalah alat tangkap ikan yang bahannya sama dengan jaring berbentuk lingkaran, penggunaannya dengan cara dilempar. Rawai adalah sejumlah pancing ikan yang dipasang pada tali panjang panjang yang terapung. Kemudian adalah galian tanah seluas 5 x 10 m dan memiliki pematang saluran setinggi 30 cm di pesisir danau atau sungai dengan jarak dari danau atau sungai sekurang-kurangnya 20 m, yang berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ikan.

Selanjutnya adalah bubu, yaitu sejenis perangkap ikan yang terbuat dari bambu berbentuk silinder. Bubu biasanya untuk menangkap ikan jenis tertentu, tergantung cara pasangnya. Kemudian bubu konde, yaitu sejenis alat tangkap yang terbuat dari anyaman bambu (belle/seppi). Alat ini terdiri dari belle yang dipasang sebagai pagar untuk mengarahkan ikan ke arah ujung belle yang telah dipasangi belle berbentuk segitiga (konde) sehingga ikan terperangkap dalam bubu konde. Berikutnya adalah sulu bale, yaitu alat yang digunakan oleh nelayan menangkap ikan pada malam hari, dengan menggunakan obor dan ikan ditangkap memakai tombak. Alat lainnya adalah timpo yang fungsinya hampir sama dengan bubu, yaitu sejenis alat berbentuk silinder, terbuat dari anyaman bambu dan berfungsi sebagai perangkap ikan. Cara pasangnya berbeda dengan bubu, yaitu dipasang menggantung pada tali dikedalaman sekitar satu meter.

Kriteria alat tangkap ramah lingkungan yang dilakukan oleh nelayan Danau Tempe di Kabupaten Wajo harus dibandingkan dengan kriteria tingkat ramah lingkungan suatu alat tangkap dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries, FAO (1995), yaitu (1) Mempunyai selektifitas yang tinggi, (2) Tidak merusak habitat (3) Menghasilkan ikan berkualitas tinggi (4) Tidak membahayakan lingkungan, (5) Produksi tidak membahayakan konsumen, (6) By-Catch rendah, (7) Aman bagi keaneka ragaman hayati (Biodiversity), (8) Aman bagi spesies yang dilindungi, (9) Bersifat menguntungkan dan diterima secara sosial.

Metode dan alat tangkap yang dilakukan nelayan di Danau Tempe, Kabupaten Wajo terdiri dari alat tangkap aktif dimana nelayan melakukan pencarian ikan serta alat tangkap pasif dimana nelayan memasang alat dan menunggu ikan tertangkap. Alat dan bahan penangkapan ikan tersebut terdiri dari metode yang ramah lingkungan serta metode yang tidak ramah lingkungan. Alat-alat dan metode penangkapan nelayan selengkapnya adalah sbb:
1. Jala / Jala
2. Jaring / Lanra
3. Rawai / Panambe
4. Julu / Julu
5. Bungka toddo / Bungka toddo
6. Jebakan / Jabba
7. Bubu / Buw patoppo
8. Trawl mini / Bunre
9. Serok udang / Dari
10. Bubu / Buw konde
11. Timpo / Timpo
12. Pancing / Meng
13. Serok / Sero’
14. Dari / Dari
15. Strom aki / Kontak
16. Racun / potas / racung
17. Cappiang / Cappiang
18. Trap Belle/Seppi/Keere/jalajja
19. Sulo / Sulo
20. Pallawang / Pallawang
21. Balete /Balete

Kemudian berdasarkan hasil penelitian Nippon Koei co, Ltd (2003) bahwa dalam aktivitas perikanan di Danau Tempe, maka dapat digolongkan empat alat dan metode yaitu Jaring, perangkap, pancing dan jaring lempar (jala). Ditemukan sekitar 20 macam metode penangkapan ikan di Danau Tempe. Juga ditemukan dua macam metode menangkap tradisional yakni Bungka Toddo dan Pallawang serta metoda tangkap menggunakan racun dan listrik. Bungka toddo menggunakan eceng gondok dan kangkung yang mengapung. Ketika air danau dangkal, bungka toddo diberikan perangkap berupa potongan bambu dihubungkan, ditempatkan mengelilingi eceng gondok di dasar danau. Sedangkan pallawang adalah area tertentu di pinggir sungai atau danau yang merupakan milik pribadi, dipagari dan menjadi daerah penangkapan ikan untuk masyarakat.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Sengkang - Makassar, South Sulawesi, Indonesia