Monday, January 18, 2010

Kondisi Umum Danau Tempe

Umumnya Danau Tempe lebih dikenal terletak di Kabupaten Wajo karena wilayah terluas berada di wilayah ini, utamanya wilayah Kecamatan Tempe dimana Ibukota Kabupaten Wajo berada, serta wilayah tiga kecamatan lainnya yaitu Belawa, Tanasitolo dan Sabbangparu. Sedangkan wilayah lain dari Danau Tempe berada di Kabupaten Soppeng dan Sidrap. Hal ini dapat dilihat pada data Bappedal (1999) bahwa Danau Tempe menempati tiga wilayah kabupaten dengan tujuh kecamatan. Bagian danau terluas terletak pada Kabupaten Wajo yang terdiri empat kecamatan yaitu Tempe, Sabbangparu, Tanasitolo dan Belawa. Kabupaten Soppeng dua kecamatan yakni Kecamatan Marioriawa dan Donri Donri, dan bagian yang tersempit adalah Kabupaten Sidrap dengan satu kecamatan yaitu Kecamatan Pancalautan. Secara geografis Danau Tempe terletak antara 119053’ - 120004’ bujur timur dan 4003’ – 4009’ lintang selatan.
Danau Tempe berhubungan dengan dua danau lain yaitu Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap dan Danau Buaya di Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo. Ketiga danau ini bersatu membentuk satu luasan perairan yang luas pada musim hujan dan dapat menutupi pemukiman masyarakat pada tiga kabupaten. Disampaikan dalam Fishery Report FAO of UN (1995), bahwa Danau Tempe adalah suatu sistem dari tiga danau alam yaitu Danau Tempe, Danau Sidenreng dan Danau Buaya.
Karaktersitik Danau Tempe dengan kondisi banjir yang selalu terjadi setiap tahun pada musim hujan dapat dilihat pada keadaan danau dengan elevasi yang landai sehingga volume air yang bertambah melalui sungai akan meluap dan menyebabkan banjir. Iklim tropis serta curah hujan tinggi di sepanjang sungai yang bermuara di danau merupakan kondisi yang menyebabkan besarnya volume air yang tertampung dalam danau. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi (1996) bahwa daerah Danau Tempe dan sekitarnya termasuk dalam wilayah iklim tropik basah, yang dicirikan dengan adanya dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kabupaten Wajo, musim hujan terjadi pada bulan Februari sampai Juli, November dan Desember, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus sampai Oktober dan Januari. Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Wajo selama 20 tahun (1976 – 1996) 145,1 mm. Kemudian data Bappedal (1999) menjelaskan bahwa Danau Tempe memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Data dari 1997 – 1999 menunjukkan bahwa pada ke-7 kecamatan yang berada disekitar Danau Tempe, musim hujan terjadi pada bulan Januari sampai bulan Juli dengan curah hujan 153,6 mm/bulan. Sedangkan musim kemarau hanya terjadi selama 2 bulan yakni bulan Agustus dan bulan September, selebihnya pada bulan Oktober sampai bulan Desember kembali musim hujan dengan curah hujan 126 mm/bulan dan rata-rata hari hujan 11 hari. Pada saat musim hujan, volume air yang mengalir masuk ke Danau Tempe akan lebih banyak dibanding dengan volume air yang keluar melalui Sungai Cenranae. Hal ini terjadi karena terdapat dua sungai besar yang bermuara langsung ke Danau Tempe, yakni Sungai Bila dan Sungai Walanae ditambah beberapa sungai kecil lainnya. Ketika kondisi itu terjadi dimana volume air masuk lebih besar dari volume air yang keluar, maka akan mengakibatkan air meluap menggenangi daerah-daerah sekitar Danau Tempe (banjir).
Kondisi lingkungan danau dengan kemiringan yang landai pada sekitar empat kecamatan di Kabupaten Wajo sehingga selalu dilanda banjir dapat diketahui dari proses terjadinya Danau Tempe. Danau Tempe juga dikenal sebagai sebuah cekungan yang menjadi tempat tertampungnya air sungai dan air hujan. Menurut laporan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (1980), bahwa terbentuknya Danau Tempe berasal dari proses geologis yang bersamaan dengan terbentuknya Sulawesi Selatan serta tiga danau lain yaitu Danau Sidenreng, Danau Taparang Lapompaka, Danau Labulang. Danau tempe terbentuk dari pengangkatan batuan sehingga mengakibatkan terjadinya patahan-patahan berarah kurang lebih Utara-Selatan dan memunculkan terban besar dan luas, terban Walennae. Terban ini memiliki relief lebih rendah dibanding daerah sekitarnya hingga merupakan suatu cekungan sedimentasi. Berakhirnya zaman es/pasca glasial (zaman Halosen) muka laut naik dan menggenangi Daratan Sunda dan Daratan Sahul, termasuk dataran Danau Tempe. Pada waktu itu Dataran Tempe merupakan danau yang sangat luas yang disebut Danau Tempe Purba. Proses geologis yang terjadi selanjutnya adalah pada zaman Halosen Tua terjadi pengangkatan (orogenesa) pada daerah daratan Danau Tempe Purba, sehingga terjadi pendangkalan yang menyebabkan bergesernya garis pantai dan daerah sekitarnya menjadi dataran yang datar dan luas berawa-rawa, serta terbentuk danau-danau disekitarnya. Danau Tempe Purba inilah yang ada sampai sekarang dengan semua proses alam yang terjadi selama ratusan ribu tahun sehingga kondisi Danau Tempe seperti sekarang.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Sengkang - Makassar, South Sulawesi, Indonesia